Pra Nikah - Visi Menikah dan Memilih Calon Pendamping Terbaik

Visi keluarga adalah membangun keluarga sakinah yang penuh dengan kasih sayang. Sakinah berarti tentram. Tentram karena diridho Allah SWT. Maksud dari keluarga sakinah adalah:
  • Semua unsur keluarga, suami, istri dan anak-anak hidup dalam ketaatan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah secara totalitas. Jadi unsur kelurga itu adalah orang-orang yang sholeh dan sholehah.
  • Interaksi diantara mereka hanya menggunakan Islam sebagai patokan/standar, bukan dengan emosional, ataupun dengan aturan Barat
  • Mereka berlomba-lomba untuk saling menunaikan kewajiban karena Allah SWT, bukan karena ridho manusia.
Unsur terpenting yang harus dipenuhi sebelum mengarungi kehidupan suami isteri adalah motivasi pernikahan. Motivasi yang benar merupakan fondasi yang kokoh untuk membangun kehidupan rumah tangga. Motivasi pernikahan yang benar juga merupakan jaminan bagi keberhasilan hidup berumahtangga. Untuk itu, Islam telah menerangkan apa yang seharusnya memotivasi seseorang untuk melangsungkan kehidupan suami isteri.

Membangun sebuah rumah, maka membangun kehidupan rumah tangga juga diperlukan pondasi yang kokoh dan kuat. Pondasi itu adalah taqwa kepada Allah swt. Al-Quran telah menyatakan, artinya:
Maka apakah orang-orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridloanNya itu yang baik, ataukah orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya  itu jatuh bersama-sama dengan di ke dalam neraka Jahannam?  Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.’ [at-Taubah:109]

Allah telah menentukan suami sebagai pemimpin keluarga. Dia yang mendapat mandat dari Allah dengan kemampuan memimpin dan menafkahi istri dan anak-anaknya, suamilah nahkodanya. Kelayakannya dalam memimpin ditentukan karena statusnya sebagai laki-laki. Dengannya dia dituntut memiliki kapasitas sebagai pemimpin dan pemecah masalah. Juga, kemampuannya menafkahi keluarga.

Calon suami harus memiliki akhlaq yang bagus. Karakter yang dimiliki calon suami dan isteri harus terbentuk dari pemahaman, bukan sekedar karakter liar yang lahir dari hawa nafsu. Sebab, sifat atau karakter yang tidak dipandu dengan ‘aqidah dan pemahaman yang benar tentu akan menyebabkan seseorang berjalan hanya berdasarkan hawa nafsunya belaka. Karakter suami yang baik adalah karakter yang lahir dari ‘aqidah dan hukum syari’at.  Sebab, Rasulullah saw telah bersabda, artinya, ‘
Sungguh pada hakekatnya tidak beriman diantara kalian sampai kalian menundukkan hawa nafsu kalian dengan apa yang aku bawa”.

Allah telah menentukan istri adalah pengatur bagi rumah tangga suaminya. Manajemen rumah dialah yang bertanggung jawab. Bagaimana semua fungsi rumah dapat berjalan hingga semua penghuninya merasa nyaman ditentukan oleh pengaturan sang istri. Maka untuk melaksanakan dua tugas ini (sebagai pendidik dan pengatur rumah) maka sudah selayaknya sang istri banyak berada dirumah daripada suami. 

Seorang wanita yang menjadi ibu dan pengatur rumah tangga memiliki kararter sebagai berikut:
1. Taat Beragama dan Berusaha Menjalankan Urusan AgamaSifat ini telah ditetapkan berdasarkan sunah Rasulullah saw.  Dalam sebuah riwayat Rasulullah saw bersabda, artinya:
“Sesungguhnya dunia ini adalah keindahan, dan tiadak ada keindahan di dunia ini yang lebih baik daripada seorang wanita shalihah.” [HR. Ibnu Majah]
Wanita shalihah adalah wanita yang telah terbangun kepribadian Islamnya.  Pola fikirnya (‘aqliyyah) sejalan dengan ‘aqidah dan ketentuan Islam. Pola kejiwaannya (nafsiyyah) juga sejalan dengan ‘aqidah dan syari’at Islam. Bila pola fikirnya sudah sejalan dengan Islam, tentu dirinya akan berusaha untuk menjalani kehidupan suami isteri sesuai dengan syari’ah Islam. Dirinya juga akan menjunjung tinggi nilai-nilai rumah tangga yang utama.
2. Menyejukkan dan Menyenangkan Hati. Hendaklah wanita yang akan dinikahi menyenangkan hati dan menentramkan jiwa.  Ini didasarkan pada sabda Rasulullah saw; “Sebaik-baik wanita adalah; yang jika engkau melihatnya, maka ia membagiakanmu,.  Jika engkau memerintahnya, maka ia senantiasa mentaatimu.  Jika engkau memberikan sesuatu kepadanya, maka ia senantiasa berbuat baik kepadamu.  Apabila kamu tidak  berada di sisinya, ia selalu menjaga dirinya dan hartamu.” [HR. al-Nasa’iy]
3. Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai)
4. Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yang berkenaan dengan hubungan intim antara dia dan suaminya. Asma’ bintu Yazid radhiallahu ‘anha menceritakan dia pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang duduk. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama suaminya?” Maka mereka semua diam tidak ada yang menjawab. Aku (Asma) pun menjawab: “Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami).” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya sementara manusia menontonnya.” (HR. Ahmad)
5. Bersegera memenuhi ajakan suami untuk memenuhi hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan yang syar’i, dan tidak menjauhi tempat tidur suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.” (HR. Muslim)
6. Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak melupakan kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: “Aku tidak pernah melihat darimu kebaikan sama sekali.” (HR. Al-Bukhari Muslim).